Rabu, 11 Januari 2012

Sintesis Sekolah/madrasah dan Pesantren sebagai Alternatif Pendidikan Islam

Sekolah/madrasah dan pesantren adalah dua kebudayaan yang mempunyai banyak perbedaan. Sekolah/madrasah merupakan gejala yang lebih identik dengan kemodernan, sedangkan pesantren lebih Identik dengan ketradisionalan, kalau sekolah lebih menekankan yang bersifat liberal dan umum, sedang pesantren lebih bersandar pada figur pengasuh/kyai.  Pandangan seperti tersebut diatas sepertinya sudah tidak begitu tepat karena, pada era baru sekarang ini ,banyak juga pesantren yang sudah melakukan perubahan, yaitu ditandai dengan munculnya pesantren modern, sehingga meninggalkan kesan yang selama ini dilihat bahwa pesantren dinilai terbelakang. Maka kalau sekolah /madrasah sering dinilai lebih modern bukan berarti sekolah lebih unggul dari pesantren , dari realita output pelajar dimasyarakat bahwa  seorang anak dapat menulis dan membaca Alquran, shalat dan berakhlaq mulia itu bukan semata- mata pendidikan sekolah saja, akan tetapi jangan-jangan sekolah hanyalah semacam formalitas, dan yang lebih mempengaruhi adalah pendidikan diluar sekolah (pesantren/ Kyai). Dilihat dari perkembangan pendidikan islam di Indonesia, ternyata pesantren merupakan Embrio lahirnya pendidikan Islam di Indonesia. Dalam pandangan umumpun telah diakui bahwa pesantren mempunyai keunggulan apabila dibandingkan dengan sekolah / madrasah, terutama peranan Pesantren yang identik dengan pluralitasnya seperti diungkapkan oleh Muhammad Guntur Romly, bahwa pesantren yang identik dengan,
NU klasik adalah Konservatif tetapi saat ini mengalami perubahan sejak munculnya liberalisme pemikiran di diri NU .tetapi penggunaan ``konservatif`` dan ``liberal`` ini juga bermasalah. Memang ketika NU lahir memperjuangkan isi-isu konservatif , seperti hak bemadzhab, membaca barzanji, ziarah kubur , tahlilan dan lain –lain. tetapi sebagai bentuk dari ekspresi kebebasan beribadah, toleransi, keseimbangan dan penghargaan terhadap tradisi merupakan sikap moderat yang dalam kasus ini, sikap Nu bisa dibenarkan[1]
Selain itu pesantren mempunyai keunggulan baik dalam bidang moral maupun keilmuannya. Seperti diungkap  oleh Nurcholis Masjdid.
Pertumbuhan sistem pendidikan di Indonesia akan mengikuti jalur pesantren –pesantren itu Sehingga perguruan tinggi tidak berupa UI,IPB,UGM,Unair, Brawijaya, dan lain –lain , tetapi mungkin Universitas Tremas, Krapyak,Tebu Ireng, Bangkalan, Lasem, Gontor dan sebagainya…setelah melihat dan membuat kiasan secara kasar dengan sistem pertumbuhan sistem pendidikan dinegara –negara barat yang terkenal adalah berasal dari cikal bakal perguruan –perguruan keagamaan.[2]
Dengan mempertimbangkan kelebihan yang dimilikinya bukan tidak mungkin pesantren akan dilirik sebagai Alternatif ditengah pengapnya pendidikan formal di Indonesia[3] . Hal ini  dapat terjadi karena  dalam Managemen Berbasis  Sekolah / Managemen Berbasis  Masyarakat lebih menekankan pendekatan dengan lokasi masyarakat, Dan yang lebih dekat serta mengetahui seluk -beluk masyarakat dilingkungan bawah adalah pesantren.
 Sedangkan sekolah / madrasah  dewasa ini sangat terlihat kekurangan- kekurangannya yang antara lain:
1.        Visi dan misi, tak jarang kepala sekolah / madrasah belum faham Visi dan Misi ,sebagai titik  arah dan pengerucutan dari setiap langkahnya, ``Segenap manusia yang terlibat dalam proyek pendidikan harus mengacu ke arah di ejawantahkannya visi dan misi diatas``[4], tidak sedikit kepala  sekolah/madrasah yang tidak memiliki `` Visi dan Misi yang Jelas kemana pendidikan mau akan dibawa dan dikembangkan``[5]. Hampir dapat dikatakan bahwa Madrasah pada dewasa ini hanya merupakan/tidak lebih sebagai sekolah Umum yang bercirikan Islam, akhirnya madrasah  memberikan beban  berat yang harus dipikul siswa, pembelajaran menjadi tumpang tindih dan sarat dengan pemaksaan ,tanpa mengetahui arah yang  jelas mau dibawa kemana.
2.      Managemen  yang belum Profesional, sekolah/ madrasah belum mampu menyelenggarakan Pembelajaran dan Penyelenggaraan Pendidikan yang Efektif dan Berkwalitas.  Terjadinya berbagai macam bentuk  manipulasi nilai , administrasi menunjukkan betapa lemahnya managemen sekolah/ madrasah, sehingga menimbulkan suasana tidak sehat dan jauh dari tujuan pendidikan. ``Semua pihak harus merasa prihatin dan segera melakukan perubahan manakala perkembangan menunjukkan sebaliknya``[6].`` Ilmu merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan,Oleh sebab itu.maka ilmu di Indonesia sukar berkembang selama kita suka berbohong``[7]
3.      Kompetensi dan figur Guru yang kurang memadai ,guru adalah merupakan unsur yang terpenting dalam kegiatan belajar mengajar, disini kompetensi guru seharusnya tidak hanya, mumpuni dalam bidang materi,metodologi dan ketrampilan dalam mengajar tetapi juga dituntut harus dapat dijadikan teladan dalam sikap sehari- hari (digugu dan ditiru) .
4.       Kurikulum dan Waktu sangat terbatas, yang akan menghambat sekolah/ madrasah dalam memberikan  keleluasaan mengaplikasikan dalam kehidupan konkrit di muka bumi, ``pemikiran keislaman jangan selalu bersifat transendental eskapis, tetapi juga mempertautkan dan menyentuhkan pemikiran transcendental tersebut kearah sosial budaya yang konkret dan kontestual``[8] .Untuk mewujudkan Pendidikan Agama Islam yang mampu menciptakan manusia yang  berkepribadian, berakhlaq, berwatak dan berkeyakinan muslim, harus menjauhi batasan dan keterkungkungan yang selalu menghimpit setiap gerak dalam menentukan kemana arah dan tujuan pendidikan, diluar batasan waktu tersebut seharusnya dapat digunakan untuk memperbanyak pembiasaa-pembiasan dan mengaplikasikan  ilmu yang didapat kedalam kehidupan sehari-hari yang akan menuju kearah kepribadian, akhlaq, watak dan keyakinan yang mantap.
Akan tetapi walaupun pesantren mempunyai keunggulan dari sekolah/ madrasah bukan  berarti lepas dari kelemahan. Maka untuk menjadikan Pesantren sebagai tipe ,corak alternatif pemikiran pembaruan pendidikan Islam di Indonesia perlu diadakan pembenahan- pembenahan. Karena justru dalam perkembangan zaman yang di tandai dengan cepatnya perubahan disemua sektor dewasa ini, pesantren menyimpan berbagai macam kelemahan, dalam merespon perkembangan zaman .Kelemahan pesantren tersebut akan menjadi hambatan untuk menuju pesantren sebagai tipe, corak  alternative pemikiran pembaharuan   pendidikan Islam di Indonesia. Hambatan –hambatan tersebut adalah :
1.        Faktor Kepemimpinan, secara kukuh pesantren masih terpola dengan kepemimpinan yang sentralistik, yang berpusat pada seorang Kyai.hal menyebabkan managemen yang otoriter, ``tertutup untuk menerima perubahan sehingga amat susah untuk mengikuti perkembangan yang terus bergerak``[9], pembaruan menjadi hal yang sangat sulit dilakukan, pola semacam ini pun menjadi prospektif bagi kesinambungan pesantren dimasa yang akan datang, sehingga banyak pesantren yang sebelumnya popular tiba-tiba hilang begitu saja karena sang Kyai meninggal dunia[10]
2.      Kelemahan dibidang metodologi , telah umum bahwa pesantren mempunyai tradisi yang sangat kuat dibidang transmisi keilmuan Klasik, namun karena kurang adanya perkembangan metodologi  dan prases transmisi tersebut hanya akan melahirkan penumpukan keilmuan sehinga ``alumni pesantren umumnya memiliki pikiran yang sempit dan tidak percaya diri ketika bersentuhan dengan kehidupan riil di masyarakat yang selalu berkembang sejalan dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi``[11].
3.      Disorientasi ,yaitu pesantren kehilangan kemampuan mendefinisikan dan memposisikan dirinya ditengah realitas sosial yang sekarang ini mengalami perubahan begitu cepat[12].``tidak melengkapi para santrinya dengan berbagai skill yang patut diandalkan untuk menghadapi tantangan hidup dizaman modern ini``[13] Sehingga belum mampu melahirkan manusia yang intelek  ditengah tengah masyarakat yang semakin mengglobal.


[1] Muhammad Guntur Romly, Mengenal Tipologi pemikiran NU,makalah 17 MEI 2005
[2]  A.Malik Fajar, Holistik Pemikiran Pendidikan,( Raja Grafindo Persada,Jakarta 2005) Hal 221
[3] A.Malik Fajar, Holistik Pemikiran Pendidikan . Hal 221
 [4] A.Malik Fajar, Holistik Pemikiran Pendidikan. Hal 63
[5] Hujair Sanaky, Permasalahan dan Penataan Pendidikan Islam menuju yang Bermutu,( El Tarbawj ).Hal 87  
[6]  A.Malik Fajar, Holistik Pemikiran Pendidikan  Hal 120
[7]  A.Malik Fajar, Holistik Pemikiran Pendidikan  Hal 120
[8] Nurhadi Musawir, Dinamika Pemikiran Islam dan Muhammadiyah, Lembaga Pustaka muhamadiyah,1996 Hal 62
[9] Mastuhu, Sejarah singkat munculnya madrasah, Hal 18
[10] A.Malik Fajar, Holistik Pemikiran Pendidikan . Hal 222
[11] Mastuhu, Sejarah singkat munculnya madrasah, Hal 18
[12] A.Malik Fajar, Holistik Pemikiran Pendidikan . Hal 223
[13] Mastuhu, Sejarah singkat munculnya madrasah, Hal 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar